1000 Hari Tragedi Kanjuruhan, Ratusan Orang Gelar Doa Cinta Keadilan di Malang

MALANG – Ratusan orang berpakaian serba hitam berkumpul dalam suasana hening dan penuh duka di Rest Area Karangploso, Kabupaten Malang, Senin malam (30/6/2025). Mereka mengikuti Doa Cinta Keadilan, sebuah peringatan 1000 Hari Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 135 nyawa pada 1 Oktober 2022 silam.

Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 30 keluarga korban, seniman, aktivis, dan masyarakat umum. Beragam ekspresi ditampilkan sebagai bentuk solidaritas, mulai dari puisi, lagu, orasi, hingga performance art. Di sisi timur area, tampak instalasi keranda, mural wajah-wajah korban, serta dokumentasi foto peristiwa kelam tersebut.

Spanduk besar bertuliskan “Your Spirit Never D135” dan poster bertuliskan “JSKK” dan “Usut Tuntas” menghiasi sekitar lokasi acara, menegaskan semangat kolektif untuk terus memperjuangkan keadilan.

Koordinator acara, Eko, mengatakan bahwa tajuk Doa, Cinta, dan Keadilan dipilih karena tiga elemen itu yang seharusnya menyertai setiap peringatan tragedi kemanusiaan seperti Kanjuruhan.

“Ini adalah momentum untuk menggalakkan kembali perjuangan mencari keadilan bagi 135 nyawa yang hilang. Kita ingin mereka dikenang, dan perjuangan ini terus menyala,” ujar Eko.

Salah satu momen yang paling menyentuh adalah saat seniman Soge Ahmad mementaskan performance art dengan tubuhnya yang merepresentasikan korban yang terbaring tanpa daya. Di sekeliling tubuhnya ditaburkan bubuk putih dan bunga, sementara peserta lain mengelilingi sambil menyalakan lilin dan memegang kertas bertuliskan nama-nama korban, lalu memanjatkan doa bersama.

Sebelum pertunjukan pamungkas dari band Tropical Forest, Kartini, salah satu ibu korban, membacakan Manifesto 1000 Hari Jaringan Solidaritas Korban Kanjuruhan yang berjudul Melawan Impunitas, Menuntut Keadilan Sejati.

“Api kebenaran tidak pernah padam oleh upaya-upaya pengaburan. Kami bertekad perjuangan ini akan terus menyala hingga keadilan sejati benar-benar tegak dan terwujud,” tegas Kartini dengan suara bergetar.

Tragedi Kanjuruhan hingga kini masih menyisakan luka dan pertanyaan besar. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa keadilan belum sepenuhnya ditegakkan, dan perjuangan belum selesai.

 

About Jemberpedia

0 komentar:

Posting Komentar